Selamat Datang di Situs Edukasi Teknologi
Showing posts with label Tradisi dan Budaya. Show all posts
Showing posts with label Tradisi dan Budaya. Show all posts

03 April 2020

Rahasia Nenek Moyang Batak pada Pustaha Laklak

Etnis Batak merupakan salah satu suku bangsa di Nusantara yang kaya akan budaya, salah satunya adalah budaya karya tulis. Budaya tradisi tulis menulis yang diwariskan oleh nenek moyang mereka kesohor dengan nama Pustaha Laklak.
Foto Dok. Perpustakaan Budaya

Pustaha ditulis di atas kulit kayu yang dilipat menggunakan mode concertina (semacam akordion) dan terkadang dilengkapi dengan papan. Meskipun bahasa Batak memiliki banyak dialek, akan tetapi bahasa tulis yang digunakan dalam pustaha tetap seragam tanpa mengurangi ciri khas lokalnya.

Di Sumatera Utara (Sumut), setidaknya ada lima jenis aksara yang ditinggalkan nenek moyangnya. Yaitu; Aksara Toba, Aksara Karo, Aksara Mandailing, Aksara Dairi, dan Aksara Simalungun. Peninggalan lima aksara tersebut yang kemudian dijadikan dasar penulisan karya tulis pustaha laklak etnis Batak.

01 July 2015

ALAT TRADISIONAL BATAK

ALAT-ALAT DAPUR TRADISIONAL

1.   DALIHAN : Tungku, dibuat dari tanah liat, dibentuk bulat setengah bola. Digunakan untuk landasan periuk tanah dan alat memasak lainnya. Tungku atau dalihan ini biasanya harus tiga buah untuk satu tempat masak dan lima buah untuk dua tempat masak.
2.    LOTING : Bahan terdiri dari besi, batu loting tanduk tempat luluk dari luluk dari pohon enau. Dipakai untuk menyalakan api.
3.    SIHAL-SIHAL : Batu kecil sebagai pelengkap dalihan (jika dibutuhkan).
4.    SOBAN : Bahan bakar untuk memasak terdiri dari kayu belah, ranting, dahan, bambu dan lain-lain.
5.    HUDON PANGALOMPAAN : Periuk tempat masak nasi, merebus air minum dibuat dari bahan tanah liat.
6.    HUDON PANGUHATAN : Hudon tano besar, untuk tempat persediaan air masak.
7.    SUSUBAN (1) : Periuk tanah bentuk lain tempat memasak ikan.
8.    SUSUBAN (2) : Susuban lain yang lebih besar digunakan tempat memasak sayur dan lauk pauk lainnya.
9.    SANGA-SANGA : Tempat memasak (Mangalhoti) Susu kerbau, bahannya dibuot dari tanah liat.

HARI BATAK DAN ARTINYA

MANGALAPATI ARI ROJANG SITOLUPULU
1. ARTIA
Sada ari nauli mamukka sihataon/ulaon pesta tonggo raja

2. SUMA
Ari sidua pat manisia dohot pidong, ulaon na hombar sadari i marburu tu harangan, marsabbil, mangkatai

3. ANGGARA
Ari na rimas mangulahon pangurupion, mambahen ubat, mangarabi, molo marburu ingkon dapotan

4. MUDA
Ari si opat-opat/mangarabi hauma, manabur boni, ulaon pesta pe denggan do

5. BORASPATI
Sadarion boi do pajongjong jabu, mamongkot jabu, mamungka martiga-tiga

6. SIKKORA
Naeng mangalangka, tu luat naleban/mangaranto, mangalului karejo, mamungka martiga

Panggilan/Tutur sapa orang Batak



Berikut ini adalah tutur-sapa masyarakat Batak:


1. Ahu = aku, saya


2. Anak = anak laki-laki


3. Amang >damang >damang parsinuan =ayah, bapak.


4. Amang, sapaan umum menghormati kaum laki-laki.


5. Amanta >amanta raja, dalam sebuah acara pertemuan.


6. Amanguda, adik laki-laki dari ayah kita.


7. Amanguda, suami dari adik ibu kita.


8. Amangtua, abang dari ayah kita.


9. Amangtua, suami dari kakak ibu kita sendiri.


10. Amanguda/amangtua, suami dari pariban ayah kita.


11. Angkang = abang. Angkangdoli, abang yang sudah kawin.


12. Angkang boru, isteri abang. Kakak yang boru tulang kita.


13. Anggi, adik kita (lk), adik (pr) boru tulang kita.


14. Anggi doli, suami dari anggiboru. Adik (lk) sudah kawin.


15. Anggiboru, isteri adik kita yang laki-laki.


16. Amangboru, suami kakak atau adik perempuan ayah kita.


17. Amangtua/inangtua mangulaki, ompung ayah kita.





18. Ama Naposo, anak (lk) abang/adik dari hula-hula kita.


19. Angkangboru mangulaki, namboru ayah dari seorang perempuan.


20. Ampara, penyapa awal sealur marga, marhaha-maranggi.


21. Aleale, teman akrab, bisa saja berbeda marga.


22. Bao, amangbao, suami dari eda seorang ibu.


23. Bao, inangbao, isteri dari tunggane kita (abang/adik isteri).


24. Bere, semua anak (lk + prp) dari kakak atau adik prp kita.


25. Bere, semua kakak/adik dari menantu laki-laki kita.


26. Boru, semua pihak keluarga menantu lk kita / amangboru.


27. Boru, anak kandung kita (prp) bersama suaminya.


28. Borutubu, semua menantu (lk) / isteri dari satu ompung.


29. Boru Nagojong, borunamatua, keturunan namboru kakek.


30. Boru diampuan, keturunan dari namboru ayah.


31. Bonatulang, tulang dari ayah kita.


32. Bona niari, tulang dari kakek kita.


33. Bonaniari binsar, tulang dari ayah kakek kita.


34. Damang = ayah = bapak


35. Damang, sebutan kasih sayang dari anak kepada ayah mereka.


36. Damang, digunakan juga oleh ibu kepada anaknya sendiri.


37. Dainang, sebutan kasih sayang anak kepada ibu mereka.


38. Dainang, digunakan uga oleh ayah kepada anak perempuannya.


39. Daompung, baoa+boru, kakek atau nenek kita.


40. Datulang, sebutan hormat khusus kepada tulang.


41. Dahahang (baoa+boru), abang kita atau isterinya.


42. Dongan saboltok, dongan sabutuha (sebutan lokal).


43. Dongantubu, abang adik, serupa marga.


44. Dongan sahuta, kekerabatan akrab karena tinggal dalam satu huta.


45. Dongansapadan, dianggap semarga karena diikat oleh padan/janji.


46. Eda, kakak atau adik ipar antar perempuan.


47. eda, sapa awal antara sesama wanita.


48. Hahadoli, sebutan seorang isteri terhadap abang (kandung) suaminya.


49. Haha doli, abang dari urutan struktur, dapat juga tidak semarga lagi.


50. Haha = abang. No. 48 & 49, berbeda sekali artinya.


51. Hahaboru, isteri abang kita, yang dihormati.


52. Haha Ni Hela, abang dari mantu kita.


53. Haha Ni Uhum, paling tua dalam silsilah sekelompok.


54. Hula-hula, keluarga abang/adik dari isteri kita.


55. Hela, menantu (lk) kita sendiri.


56. Hela, juga terhadap suami anak abang/anak adik kita.


57. Hami, sebutan kita terhadap pihak sebelah kita sendiri.


58. Hamu, sebutan atas pihak lawan bicara.


59. Hita, menunjuk kelompok kita sendiri.


60. Halak, menunjuk kepada kelompok orang lain.


61. Ho, kau, terhadap satu orang tertentu, tutur bawah kita.


62. Halak i, dihormati karena pantangan, terhadap bao, parumaen.


63. Ibebere, keluarga dari suami bere kita yang perempuan.


64. Ito, iboto, kakak atau adik perempuan kita, serupa marga.


65. Ito, tutur sapa awal dari lk terhadap prp atau sebaliknya.


66. Ito, panggilan kita kepada anak gadis dari namboru.


67. Iba, = ahu, saya.


68. Ibana, dia, penunjuk kepada seseorang yang sebaya kita.


69. Inang=dainang, ibu. Juga sebutan kasih kepada puteri kita.


70. Inang(simatua)=ibu mertua.


71. Inangbao, isteri dari hula-hula atau tunggane kita.


72. Inanta, sebutan penghormatan bagi wanita, sudah kawin.


73. Inanta soripada, kaum ibu yang lebih dihormati dalam acara.


74. Inanguda, isteri dari adik ayah. Ada juga inanguda marpariban.


75. Inangtua, isteri dari abang ayah. Juga inangtua marpariban.


76. Inangbaju, semua adik prp dari ibu kita, belum kawin.


77. Inangnaposo, isteri dari paraman/amangnaposo kita.


78. Indik-indik, cucu dari cucu prp kita. Sudah amat jarang ada.


79. Jolma, jolmana, = isterinya. Jolmangku = isteriku.


80. Lae, tutur sapa anak laki-laki tulang dengan kita (lk).


81. Lae, tutur sapa awal perkenalan antara dua laki-laki.


82. Lae, suami dari kakak atau adik kita sendiri (lk)


83. Lae, anak laki-laki dari namboru kita (lk)


84. Maen, anak-gadis dari hula-hula kita.


85. Marsada inangboru, abang adik karena ibu kita kakak-adik.


86. Namboru, kakak atau adik ayah kita. Sudah kawin atau belum.


87. Nantulang, isteri dari tulang kita.


88. Nasida, penunjuk seseorang yang dihormati. Atau = mereka.


89. Nasida, halk-nasida, amat diormati karena berpantangan.


90. Natoras, orangtua kandung. Angkola = natobang.


91. Natua-tua, orangtua yang dihormati. Misalnya: amanta natua-tua i.


92. Nini, anak dari cucu laki-laki.


93. Nono, anak dari cucu perempuan kita.


94. Ondok-ondok, cucu dari cucu laki-laki kita. Sudah jarang.


95. Ompung, ompungdoli, ompung suhut, ayah dari bapak kita.


96. Ompungbao, daompung, orangtua dari ibu kandung kita.


97. Ompungboru, ibu dari ayah kita.


98. Pahompu, cucu. anak – anak dari semua anak kita.


99. Pinaribot, sebutan penghormatan kepada wanita dalam acara.


100.Paramaan, anak (lk) dari hula-hula kita.


101.Parboruon, semua kelompok namboru atau menantu (lk) kita.


102.Pargellengon -idem- tetapi lebih meluas.


103.Parrajaon, semua kelompok dari hula-hula dan tulang kita.


104.Pariban, abang-adik karena isteri juga kakak-beradik.


105.Pariban, semua anak prp dari pihak tulang kita.


106.Pariban, anak prp yang sudah kawin, dari pariban mertua prp.


107.Parumaen = mantu prp. isteri anak kita.


108.Pamarai, abang atau adik dari suhut utama, orang kedua.


109.Rorobot, tulangrorobot, tulang isteri (bukan narobot).


110.Sinonduk = suami. Parsonduk bolon = isteri, pardijabu.


111.Simatua doli dan simatua boru = mertua laki dan perempuan


112.Simolohon = simandokhon = iboto, kakak atau adik lk.


113.Suhut, pemilik hajatan. Paidua ni suhut, orang kedua.


114.Tulang, abang atau adik dari ibu kita.


115.Tulang/nantulang, mertua dari adik kita yang laki-laki.


116.Tulang naposo = paraman yang sudah kawin.


117.Tulang Ni Hela, tulang dari pengantin laki-laki.


118.Tulang/nantulang mangulaki, panggilan cucu kepada mertua.


119.Tunggane, semua abang dan adik (lk) dari isteri kita.


120.Tunggane, semua anak laki-laki dari tulang kita.


121.Tunggane doli, amang siadopan, amanta jabunami = suami


122.Tunggane boru, inang siadopan, pardijabunami, = isteri.


123.Tunggane huta, raja dalam sebuah huta, kelompok pendiri huta.


124.Tuan doli = suami.


125.Tuan boru = isteri

03 August 2014

Marga-marga Batak

Bicara Sejarah Marga Naimarata Kenapa Tidak??


Si Raja Batak mempunyai dua anak yang diketahui silsilahnya sampai sekarang. Pertama Guru Tatea Bulan dan yang kedua adalah Raja Isumbaon. Ada yang mengatakan bahwa ada bungsunya satu lagi bernama Toga Laut yang mengembara ke arah utara menuju Aceh yang tidak pernah kembali di masa mudanya.

Guru Tatea Bulan mempunyai sembilan orang anak, lima laki-laki dan empat perempuan yaitu, Raja Biak-biak, Tuan Sariburaja, Limbong Mulana, Sagalaraja, Malauraja(silauraja), Boru Pamoras, Boru Pareme, Boru Biding Laut dan Natinjo.

SI BORU NANTINJO-AWAL TERJADINYA PULAU MALAU

AWAL TERJADINYA PULAU MALAU
Nantinjo adalah putri bungsu dari Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon dari sepuluh bersaudara, anak yang pertama adalah Raja Uti, ke dua Saribu Raja, ke tiga Limbong Mulana, ke empat Sagala Raja, ke lima Lau Raja sedangkan perempuan yang pertama adalah Biding Laut, ke dua Boru Pareme, ke tiga Anting Haumasan, ke empat Sinta Haumasan dan ke lima Nantinjo. Kita dapat berbicara langsung dengan Nantinjo melalui Nai Hotni Boru Sagala yang tinggal di Cianjur Jawa Barat yang menjadi tempat masuknya Roh Nantinjo (Hasorangan). Tujuan Nantinjo kembali kedunia adalah untuk mengobati, membantu orang yang meminta pertolongan terlebih keturunan dari Bapak dan Ibunya serta meluruskan sejarah asal mula keturunan dari keluarganya dan mempersatukan kembali keturunan Bapaknya Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon.