Selamat Datang di Situs Edukasi Teknologi

29 October 2011

"Hacker" Bagi-bagi 10.000 Akun Facebook


KOMPAS.com — Sekelompok grup hacking yang menamakan dirinya "Tim Swastika" berhasil membobol lebih dari 10.000 akun Facebook. Setelah di-hack, puluhan ribu akun Facebook tersebut di-posting ke dalam layanan berbagi file di Pastebin. Apa yang dilakukan oleh Tim Swastika bukan kali ini saja, beberapa waktu lalu mereka juga memublikasikan database yang dicuri dari website Kedutaan Besar India di Nepal dan pemerintahan Bhutan.

Laporan mengejutkan ini dilansir oleh Trend Micro, sebuah perusahaan yang fokus di bidang keamanan internet. Rik Ferguson, Peneliti Keamanan Senior dari Trend Micro, mengatakan, "Tim Swastika telah dua kali mem-posting ribuan credential data Facebook yang mereka hacked. Posting pertama di awal Oktober, lalu mereka masukkan ke dalam beberapa forum underground, sisanya ke dalam layanan berbagi file, Pastebin."

27 October 2011

Iwan Fals-Ethiopia


Ilmuwan Indonesia Diincar


Jakarta, Kompas - Sejumlah ilmuwan dan peneliti muda asal Indonesia diincar sejumlah negara. Mereka diiming-imingi berbagai fasilitas, tempat riset yang memadai, dan gaji besar asalkan bekerja di sana.
Perburuan terhadap ilmuwan-ilmuwan muda tersebut sangat agresif. Selain datang ke kampus-kampus di luar negeri dan berburu mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil program doktoral, mereka juga datang ke sejumlah lembaga riset di Tanah Air.

Gaji Minim Bukan Alasan Alih Profesi, tetapi...



JAKARTA, KOMPAS.com — Kesejahteraan yang diberikan negara bagi para peneliti kembali diusik. Rendahnya penghargaan secara finansial kepada para ilmuwan ini dipertanyakan. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sri Hartinah, mengatakan, minimnya kesejahteraan peneliti tak bisa dijadikan alasan untuk berhenti melakukan penelitian atau hijrah ke negara lain demi mendapatkan penghargaan yang lebih baik.
Meski perhatian pemerintah tidak penuh, tapi itu bukan alasan untuk alih profesi
-- Sri Hartinah, Peneliti LIPI
Seorang peneliti, menurutnya, harus idealis karena profesi tersebut merupakan panggilan diri.
"Meski perhatian pemerintah tidak penuh, tapi itu bukan alasan untuk alih profesi," kata Sri di sela-sela Lokakarya Perkembangan Kepustakaan Iptek Guna Menunjang Pembangunan Nasional, Rabu (26/10/2011) di Gedung LIPI, Jakarta.
Akan tetapi, ia mengakui, jika dibandingkan profesi lain memang terlihat kesenjangan penghasilan yang diperoleh peneliti. "Jauh sekali kesenjangannya. Padahal untuk jadi seorang peneliti itu perlu biaya dan sekolah yang sangat tinggi," kata dia.