Selamat Datang di Situs Edukasi Teknologi

24 February 2014

Guru Bebek

Dalam salah satu kuliahku di akta IV, sang Dosen pernah menyampaikan hal ini. Bahwa dalam mengajar seorang guru jangan hendaknya memakai kata-kata yang umum atau semacam olokan yang dipakai berulang-ulang. Bisa berupa kata, misalnya 'sontoloyo, ideot, bodoh, telmi'. Dan kalau lebih jelasnya coba anda perhatikan dalam film 'Bajai Bajuri' ada seorang pemeran yang sering mengatakan 'maaf...maaf...' setiap mau bicara selalu mengatakannya.
Dosen tersebut mengatakan kalau seorang guru sering mengatakan hal-hal yang sama maka bukan tidak mungkin apa yang dikatakannya menjadi bumerang yang menghantam dirinya sendiri. Boleh kita pakai kata-kata tersebut tapi jangan berulang-ulang atau hampir setiap betatapan muka di kelas si guru selalu mengucapkannya. Ini sering terjadi tanpa sadar jika si guru sedang marah atau kesal terhadap siswanya. Mungkin karna siswa tidak bisa mengerjakan suatu soal atau tidak bisa menjawab pertanyaan yang dianggap cukup gampang. (tentu saja menurut si guru sendiri).

Setelah mendapat pelajaran ini dari si dosen tersebut aku baru sadar mengapa guru-guru ketika aku sekolah dulu mempunyai nama-nama khas yang dibuat oleh anak-anak (siswa). Seperti ada seorang guru sejarah kami, kami namai Pak Iching karna beliau sering mengucapkan dinasti Iching dan dia sering mengolok-olok siswa dengan memakai Dinasti Iching, misalnya 'ketinggalan jaman kau seperti Dinasti Iching' dan ada lagi guru biologi, yang kami buat namanya Pak Bakanae, kenapa karna dia sering membuat kata-kata dalam istilah biologi (bahasa latin). Kan biasa nama-nama pohon dan binatang punya nama latinnya sendiri, nah si guru ini kadang mengejek kami dengan istilah-istilah latin tersebut. Jadilah namanyasi Bakanae dan aku sendiri tidak tahu apa arti nama tersebut tapi ikut-ikutan mengucapkannya. Misalnya kalau ada guru lain yang tanya, “Siapa guru kalian sekarang?” dan kami jawab dengan serentak “Pak Bakanae atau Pak Iching.”
Dan ada lagi seorang Pastor kami yang sering memberikan kata sambutan setiap upacara bendera hari Senin. Beliau suka mengucapkan kata-kata dengan begitu panjangnya, maksudnya mungkin supaya lebih tegas didengar. Misalnya ketika memulai kata sambutan ia biasanya mengucapkan begini, “Selamat paaaaaaagiiiiiiiiiii anak-anaaaaaaaaaaaaaaaaak sekaliannnnnnnnnnn.”
Karna sering mendengar seperti ini maka sudah menjadi kebiasaan kami juga menjawabnya dengan begini, “Selamaaaaaaaaaaaat pagi pastoooooooooooooor.....” Dengan serentak dan biasanya kami langsung tertawa dan beliau senyum-senyum aja dengan balasan kami dan semuanya senang-senang aja.
Dan ini baru terjadi di sebuah sekolah dimana adikku bekerja sebagai guru. Dia menceritakan mengenai temannya, seorang guru cewek. Katanya ketika adikku mengajar, ia mendengar kelas sebelahnya ribut, dia langsung pergi kesana dan menanyakan siapa gurunya, lalu mereka jawab serentak.
Ibu bebek Pak!!!”
“Hah.... siapa itu? Masa guru kalian bebek.... berarti kalian anak-anak bebek ya?”
Semua senyum-senyum. Adikku sering mendengar bagaimana si guru cewek itu mengajar di kelas sebelah. Ternyata si ibu tersebut sering mengolok anak-anak dengan memakai kata 'bebek'. Misalnya kalau siswa berjalan dengan lambat ke depan kelas ketika dipanggil untuk mengerjakan soal di papan tulis maka dia mengatakan, “lambat kali jalanmu macam bebek aja”. Dan ketika siswa-siswa mulai ribut si guru mengatakan, “mulutmu seperti mulut bebek aja tidak bisa diam, bek..bek...bek... terus-terusan.” Nah karna hampir setiap hari si guru tersebut masuk di kelas dia mengatakan kata yang itu-itu saja, maka kata-kata itu berbalik sendiri padanya dan jadilah dirinya punya nama baru “Guru Bebek.”
SSSSt guru bebek sudah datang jangan ribut macam mulut bebek” Seorang teman berseloroh ketika sang guru akan masuk kelas dan yang siswa-siswa lain tertawa mendengar kelakar tersebut. Dan ketika si guru masuk dan melihat suasanya kelas agak riuh dan dia spontan bicara, “Dasar bebek semua....” Mmmm

No comments:

Post a Comment