Selamat Datang di Situs Edukasi Teknologi

24 February 2014

Pikiran apa badan yang sakit?

Tahun baru kemarin aku rasakan tidak terlalu menarik seperti tahun-tahun baru yang sebelumnya. Tetapi yang paling penting adalah kami sekeluarga bisa berkumpul kembali. Seminggu sebelum tahun baru atau pada masa-masa Natal kami sudah berada di kampung kelahiran kami.
Aku tidak menyangka abangku yang kini bekerja di Jakarta ternyata pulang kampung dan itu aku tahu setelah aku sampai di kampung. Sebenarnya bisa dikasih tahu lewat sms tapi kali ini tidak ada pemberitahuan sama sekali.
Sekitar dua tahun yang lalu dia pergi dari kampung dan mencoba mencari pekerjaan di Jakarta dan dia tidak bermodalkan nekad saja tetapi karna dia sudah sarjana di teknik mesin. Dan ketika berangkat dulu badannya kurus, maklum karna dia pernah sakit ginjal karna terlalu banyak minum-minuman keras dan sedikit minum air putih. Jadi dia sempat masuk rumah sakit (ketika masih kuliah dulu) kemudian pulang ke kampung di Sumatera Utara untuk pemulihan. Walau sudah pulih kembali namun badannya masih tetap kurus.


Dan ketika bertemu dengannya sore, aku langsung menyalaminya dan berseloroh “kok kurus kali, apa abang sakit?” “Gak” katanya singkat sambil tersenyum. Dan seminggu sebelum tahun baru kami sudah kumpul di rumah.
Dan orang kampung jarang istirahat, selama seminggu itu kami ke ladang membantu orang tua, karna sudah lama tidak ke ladang jadi rindu juga. Tetapi pertama kali ke ladang bukannya langsung kerja, ayahku malah mengajak kami mancing di sawah. Abangku yang dari Jakarta, adikku yang sudah kerja di Medan, ayahku dan aku mancing di sawah yang cukup jauh di jurang itu. Dan kami memancing dengan santainya dan karna pancing kami tidak dilirik ikan maka tentu saja membuat agak malas. Maka abang dan ayahku sudah mengantuk dan tidur di pematang sawah sedangkan aku dan adikku masih tetap memancing sambil cerita mengenai pekerjaan kami dikota, keanehan-keanehan yang kami alami di lingkungan kerja. Sesekali mata kail adikku dimakan ikan mujahir dan mendapat ikan sampai enam ekor sedangkan aku sore itu cuma dapat seekor ikan mujahir yang lumayan kecil. Sedangkan abang dan ayahku ketika bangun langsung mencoba pancingnya kembali dan seperti biasa tidak ada ikan yang mau pada kail mereka karna hari sudah sore, ayah mengajak kami pulang.
Abangku yang baru pulang dari Jakarta ini, badannya kurus dan kulitnya hitam karna dia memang orang lapangan yang setiap kerja dibakar matahari. Setiap kali famili yang datang ke rumah atau berjumpa dengannya di jalan langsung berseloroh, “Kok kurus kali kau, apakah kau sedang sakit?” dan seperti biasa dijawabnya “tidak.”
Begitulah setiap hari, ketika ada famili yang lain baru melihatnya pertama kali akan melemparkan kalimat dan pertanyaan yang sama,”Kok kurus kali kau, apa kau sakit?” dan begitulah sejak sebelum tahun baru dan juga seminggu setelah tahun baru. Dan memang aku selalu ada di rumah ketika libur selama dua minggu tersebut (pada malam harinya).
Ayahku sering meledek abangku dengan perkataan seperti ini, “Benar, kau memang sedang sakit, bagaimana kalau kau suruh saja supaya kakakmu mengimfusmu?” kata ayahku sambil tertawa. Kakakku memang seorang perawat di kampung itu, “Supaya kau makin sehat dan berat badanmu bertambah.”
Dan mungkin karna sering mendengar pertanyaan dari para famili yang menanyakan apakah dia sedang sakit maka dia mungkin jadi berpikiran kalau dia sedang sakit, jadi malam itu dia langsung menelepon kakak dan mengatakan supaya membawa peralatan infus dan minta diinfus. Dan aku ingat bagaimana dia menelepon seperti berseloroh juga. Ternyata besoknya memang benar kakak membawa peralatan infus dan dia diinfus sampai 3 botol. Pertama aku kira cuma main-main aja, karna selama ini aku berpikir orang sakit yang diinfus adalah orang-orang yang penyakitnya sudah parah, ternyata tidak. Menurut kakakku kalau diinfus bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan juga bisa menambah berat badan. Dengan penjelasan seperti itu aku jadi berpikiran bagaimana kalau aku diinfus juga karna badanku juga kurus.
Setelah abangku diinfus aku lihat tidak ada perobahan pada badannya tapi katanya dia merasa lebih baik. Jadi cuma perasaan saja yang berubah rupaya. Dan ketika hari Rabu (masih dalam suasanya tahun baru) kami pergi memancing ke Danau Toba naik sepeda motor perubahan terpampang jelas ketika kami sudah sampai di Danau itu, wajahnya tampak lebih gemuk tetapi hanya pipi sebelah kanan, seharusnya dulu ini terjadi setelah dia diinfus tapi sekarang kok aneh. Menjawab keheranan kami dia menceritakan bahwa pipinya ternyata disengat lebah sampai dua kali ketika naik motor. Bengkaknya lumayan besar juga. Akhirnya dia berkata dengan seloroh, “Sekarang aku sudah gemuk kan he..he..?” Wajahnya gemuk seperti itu sampai dua hari dan badannya katanya agak demam.
Ketika malam Minggu (besoknya aku pulang ke Medan) ayahku kembali berseloroh, “Apakah kau masih sakit juga walau sudah diinfus?” Lalu abangku menjawab,” Setiap hari setiap orang mengatakan aku sakit, sehingga seolah-olah aku merasa benar-benar sakit.” dan dia bertingkah seperti orang sakit (duduk loyo dan tidak tidak bergairah). Melihat ini aku jadi tertawa dan mengatakan dalam hati sebenarnya tubuh kita sering tidak sakit tetapi pikiran kitalah yang sakit karna dipengaruhi oleh perkataan orang lain yang tidak baik, dengan pikiran bahwa kita sakit maka otomatis badan kita juga mengikuti apa yang kita percayai. Jadi jangan pernah berpikir bahwa kamu sakit atau dipengaruhi oleh pikiran buruk orang lain. Tetaplah berpikiran positif.

Sondang Malau

Medan 
KAMIS, APRIL 17, 2008

No comments:

Post a Comment